Filosofi Kali Kening
Joyojuwoto*
Sungai termasuk sebuah kata
yang dipakai dan dipilih oleh Allah untuk menggambarkan keindahan dan nuansa
surga, dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 72 disebutkan :
“Allah menjanjikan kepada
orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya
mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat
yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar.”
Saya kira bukanlah suatu
kebetulan Allah SWT menggambarkan surga dengan adanya sungai-sungai yang
mengalir di bawahnya, pohon-pohon yang rimbun berbuah lebat menaunginya. Allah
Maha besar Kasih Sayang dan cintanya kepada manusia, oleh karena itu Allah
menciptakan sungai-sungai pula di bumi tempat manusia tinggal. Menurut Cak Nun
bumi kita ini bukanlah kampung kita yang sebenarnya, kampung halaman kita
adalah surga, oleh karena itu agar kita tidak melupakan kampung halaman yang
sejati Allah menciptakan sungai-sungai di muka bumi agar kita terus selalu
merindui tempat di mana kita berasal.
Dalam sebuah haditnya
Rasulullah SAW bersabda, bahwa di muka bumi ini ada sungai beliau bersabda :
سيحان وجيحان والفرات
والنّيل كلٌّ من أنهار الجنّة
Artinya : “Syaihan,
Jaihan, Eufrat, dan Nil semua adalah dari sungai-sungai surga”
Secara tekstual empat
sungai itu yang disebutkan Rasulullah SAW sebagai sungai-sungai dari surga,
namun hal itu tidak berarti bahwa sungai-sungai lain di penjuru bumi bukan dari
surga, kalau sungai lain tidak disebut dalam hadits di atas ya minimal gambaran
surga itu ada sungainya begitu berita dalam Al Qur’an.
Sejak zaman dulu sungai
telah menjadi bagian terpenting bagi peradapan umat manusia, lihatlah
peradapan-peradapan besar dan yang tertua di dunia selalu di topang oleh
sungai, di India ada peradapan sungai Indus, di Mesir ada peradapan sungai Nil,
di Cina ada peradapan lembah sungai Kuning, di Persia ada peradapan besar
diantara aliran dua sungai yaitu Eufrat dan Tigris yang melahirkan peradapan
Meshopotamia, dan begitu pula di tempat kita tentu juga ada sungai yang
menghidupi dan memberikan berkah bagi penduduknya.
Lihat dan rasakan bagaimana
Mbah Gesang mengabadikan peran vital dari sebuah sungai yang membelah pulau jawa
dalam lirik lagunya yang mengabadi :
Bengawan Solo
riwayatmu ini
Sedari dulu jadi
perhatian insane
musim kemarau
tak seberapa airmu
musim hujan air
meluap sampai jauh
dan akhirnya ke laut
…
Di tempat saya tinggal
tepatnya di Bangilan ada sungai yang walau tidak selebar bengawan Solo namun
juga banyak member arti dan mengukir banyak kenangan indah para penduduknya
khususnya tentu kenangan-kenangan masa kecil yang banyak dihabiskan di tepi sungai,
sungai itu adalah Kali Kening.
Segala sesuatau di semesta
raya yang diciptakan oleh Allah SWT ini tidak sia-sia, begitu juga dengan
hadirnya Kali Kening dapat kita makni secara profan maupun secara lebih kuddus
dan suci. Secara konkret peran Kali Kening bagi penduduk di sepanjang alirannya
tentu telah kita lihat dan dapat kita rasakan manfaatnya, sedang secara
filosofis dapat kita maknai Kali Kening sebagi banyu wening,
yang berarti air kesucian. Karena air di dalam ajaran agama apapun selalu
menjadi perantara penyucian jiwa, baik itu dalam ajaran agama Islam,
Kristen, Hindu dan Budha. Air suci (air putih) juga biasa dipakai untuk media
penyembuhan berbagai macam penyakit.
Dalam Serat Dewa Ruci
mengisahkan Bima disuruh oleh gurunya Drona untuk mencari air suci, air itu
adalah air pawitra sari. -Air pawitra sari adalah lambang kesucian dan
kelanggengan, siapa yang mendapakna air itu maka ia akan menjadi manusia yang
suci dan sempurna. Tokoh Bima Sena sampai rela menerjang hutan lebat, mendaki
gunung yang tinggi, menceburkan diri ke dalam samudra luas demi air suci
pawitra sari. Dalam kisah Nabi Musa berguru pada Nabi Khidir pun Allah
memerintahkan Musa untuk mencari air di pertemuan dua arus laut yang bisa
menghidupkan ikan yang telah mati. Bahkan Nabi Khidir sendiri disinyalir
ditangguhkan kematiannya hingga sekarang gara-gara ia meminum maul
hayat (Air kehidupan).
Menurut pendiri Komunitas
Kali Kening di Bangilan, Ikal Hidayat Nur beliau menuturkan mengapa menggunakan
nama Kali Kening sebagai identitas komunitas yang bergerak dibidang dunia
literasi itu, di group WA Komunitas dituliskan demikian :
Komunitas Kali Kening adalah komunitas literasi milik warga Tuban
bagian selatan : Kenduruan, Jatirogo, Bangilan, Singgahan, dan Senori. Kali
Kening sendiri memiliki filosofi : Kali atau sungai yang melambangkan sesuatu
yang mengalir dan bergerak, semoga komunitas ini nantinya akan dinamis dan
anggotanya produktif dalam berkarya. Sedangkan Kening berasal dari kata bening,
bersih, suci. Mudah-mudahan komunitas ini dan karya-karya yang diproduksi
anggotanya senantiasa menginspirasi sesama.”
Itulah sedikit filosofis
yang dapat saya gali dari Kali Kening, semoga kali Kening dan kali-kali lain di
muka bumi ini benar-benar menjadi kali-kali yang seperti digambarkan oleh Allah
di dalam Al Qur’an. Kali yang mengalir jernih dengan rerimbunan daun
bamboo yang menaunginya, dan menjadi surga bagi para penduduknya.
Ah jadi rindu menikmati
sepotong Senja Biru di tepi kali kening yang bening.
“*Joyojuwoto, lahir di Tuban,
16 Juli 1981, Anggota Komunitas Kali Kening; Santri dan Penulis
buku “Jejak Sang Rasul” yang tinggal di www.4bangilan.blogspot.com.

Tidak ada komentar