Wejangan-wejangan KH. Hasyim Muzadi
Oleh : Joyojuwoto*
Harimau mati meninggalkan belang, gajah
mati meninggalkan gading, sedang jika manusia mati ia meninggalkan nama.
Demikian pepatah yang sering dikutip oleh para bijak, agar kita selalu ingat
jika kita mati maka kita bisa meninggalkan nama yang baik dan harum.
Demikian pula, hari ini (16 Maret 2016)
salah satu putra terbaik Indonesia meninggal dunia. Beliau Abah KH. Hasyim
Muzadi seorang ulama asli kelahiran dari Bangilan Tuban. Mantan Ketua PBNU ini
telah pulah ke rohmatullah dengan tenang, dan meninggalkan nama yang harum
serta amal kebaikan yang sangat banyak.
Sesaat setelah beliau meningal, di media sosial banyak
beredar foto beliau di bawahnya tertera sebuah tulisan yang terdengar seperti
wasiat terakhir. Tulisan tersebut berbunyi:
“Saya lahir di dunia ini tidak membawa apa-apa, begitu pun
ketika saya meninggal, saya tidak akan membawa apapun. Pesantren sudah saya
wakafkan, harta sudah saya berikan kepada anak-anak saya. Saya
hanya punya tanah (2X1 meter) di samping asrama putra untuk dikebumikan nanti.
Saya titip pesantren (Al-Hikam) ini rawat dengan baik dan jaga. Karena pesantren adalah ruh agama, bangsa dan
negara. Semoga Allah meridhoi kita semua.”
Di antara amal kebaikan Abah KH. Hasyim
Muzadi adalah ilmun nafi’, ilmu yang bermanfaat, baik yang beliau ajarkan di
majelis-majelis ilmu maupun yang beliau teladankan dalam kehidupannya
sehari-hari. Berikut saya kutipkan beberapa
kalimat-kalimat hikmah dari Abah Hasyim Muzadi yang menginspirasi, yang saya
kumpulkan baik dari internet maupun yang tersebar di media sosial:
1. Doa adalah Iktiar Bathiniah,
sedangkan ikhtiar adalah doa lahiriah
2. Berdoa dan bekerja keras
itu memang perintah Allah, dan Allah akan memberi anugerah, tapi bukan berarti
doa dan kerja keras kita itu dapat memaksa Allah.
3. Jika yang kosong adalah akalnya,
isilah ia dengan ilmu. Jika yang kosong adalah hatinya, isilah ia dengan zikir.
kesatuan zikir dan pikir akan membentuk ulul albab.
4. Akal bukan segala-galanya, jika
kejiwaan terguncang, akal ikut terguncang.
5. Kecerdasan dan
kepandaian itu bukan segalanya, ia masih bergantung pada kejiwaan, ketika
kejiwaan itu goncang, maka kecerdasan pun goncang. Intelektualitas bisa goncang
karena instabilitas rohani.
6. Keikhlasan itu tidak
tampak, dan tidak perlu ditampak-tampakkan, tetapi Allah akan menampakkan hasil
dari keikhlasan itu.
7. Orang yang memperjuangkan
umat tidak akan kekurangan, dan orang yang memperjuangkan diri sendiri belum
tentu berkelebihan.
8. Orang yang tidak berbuat
apapun untuk kemaslahatan umat justru akan dililit oleh permasalahannya
sendiri.
9. Jangan takut berkorban,
agar kalian tidak menjadi korban.
10. Tingkatkan
kedisiplinan dalam setiap aktivitas baik ibadah maupun prestasi ilmiah.
11. Nasionalisme
bukan hanya dengan simbol-simbol dan slogan, tapi dengan pengabdian dan
menggunakan disiplin ilmu yang dimiliki.
12. Pikirkan
kekuranganmu sehingga kamu tidak sempat memikirkan kejelekan orang lain.
13. Di
kalangan umat Islam seluruh dunia ada tiga hal yang tidak boleh disinggung atau
direndahkan, yakni : Allah Swt, Rasulullah Saw, dan kitab suci Al Qur’an.
Apabila salah satu, apalagi ketiganya disinggung dan direndahkan pasti mendapat
reaksi spontan dari umat Islam tanpa disuruh siapapun.
14. Janji
Allah selalu bersyarat dan rahmat Allah selalu minta tanggungjawab.
Demikian beberapa wejangan dari KH. Hasyim Muzadi, semoga kita bisa mengikuti dan mengamalkan dari apa
yang telah beliau contohkan. Amin.
Bangilan, 16 Maret 2017
*Penulis buku Jejak
Sang Rasul dan anggota komunitas Kali Kening.
Tidak ada komentar