Memanjakan Secara Berlebihan
By: Ikhwan
Fahrudin
Anak memang
anugerah dari Tuhan yang tek ternilai. Banyak orang yang telah menikah namun
belum mendapatkan buah hati. Bahkan ada yang rela mengadopsi ke panti asuhan.
Hingga melakukan tehnik reproduksi buatan, seperi bayi tabung. Hal ini dianggap
sah saja. Sebab, ingin mempunyai keturunan sebagai penerus keluarganya kelak.
Ketika telah
mendapatkan anak yang diidamkan. Kadang orang tua melakukan langkah atau
tindakan yang kurang baik ke anaknya. Sebagai contoh, memanjakan anak secara
berlebihan. Langkah yang demikian, salah satu faktor yang berbahaya bagi tumbuh
kembang anak. Bisa memicu penyimpangan anak, baik secara kejiwaan maupun
akhlak.
Memberikan perhatian yang berlebihan kepada anak, menjadikan
ia ketergantungan. Ketergantungan berlebihan pada orang tua membuat anak yang
beranjak dewasa cenderung tidak mampu merasa bahagia sebagai orang dewasa. Hinggap
rasa minder dalam dirinya. Anak cenderung menjadi pemalu, penurut dan kurang
percaya diri.
Dawson and David
J. Bredehoft melakukan penelitian yang mengatakan, anak muda yang duduk di
bangku kuliah yang memiliki masa kecil terlampau dimanjakan. Akan mudah merasa
tidak bahagia dengan kesendiriannya. Anak merasa bahwa sumber kebahagiaan mereka
adalah dari orang lain. Bukan dari diri mereka sendiri.
Jika menilik dari
gambaran di atas, apakah ia akan menjadi manusia yang normal? Apakah ia bisa
beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru? Bisa memberikan dampak positif
ke tengah masyarakat? Mampukan ia mempunyai sikap optimis tinggi untuk maju
berprestasi? Jika jawabannya TIDAK. Mengapa pola penerapan memanjakan anak
masih dilakukan? Dan mengapa mendikte sedemikian rupa?
Sikap sering
mendikte anak ini biasanya dilakukan oleh orang tua yang lama mempunyai anak.
Setelah lama menantikan sang buah hati. Atau seorang ibu yang berulang kali
hamil namun keguguran. Setelah mempunyai anak, memperlakukannya diistimewakan.
Akan semakin bertambah buruk di dalam diri orangtua manakala mempunyai rasa tak
tegaan. Baper –istilahnya-.
J Ronald Walters
menyatakan bahwa, memanjakan anak berarti meningkatkan kepercayaan bahwa dia
selalu bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Baik dengan cara meluapkan
kemarahan atau barangkali dengan bujukan atau sanjungan. Atau bahkan mungkin
dengan mengadu domba antara satu orang dewasa dengan yang lain.
Lantas bagimana
mendidik anak yang tepat secara islam? Seberapa ribetkah mendidik anak secara
mandiri?
Islam agama yang
sempurna. Setiap persoalan atau problem ada solusinya.
Pertama, Bertahap
dalam mendidik anak.
Ketika kita
membuat rumah, kita perlu membuat pondasinya dulu. Memasang dinding dengan batu
bata, menyiapkan material yang komplit dan memasang gentingnya sebagai langkah
terakhir. Sama halnya dengan kita mendidik anak. Perlu tahapan dan proses yang
panjang. Perlahan tapi pasti tujuan yang baik kan kita temui. Berusaha yang
terbaik dan bertawakkal kepada Allah.
Dengan izinNya,
setiap persoalan terurai dengan baik. Kuncinya selalu berusaha yang terbaik buat
anak kita.
Kedua, Mendidik
anak sejak kecil agar hidup sederhana, percaya diri, menanggung beban dan
berani.
Menggnakan cara
ini, anak cenderung merasakan kenyamanan. Seperti dala hadits di bawah ini yang
artinya. “Jauhilah oleh kalian perilaku
bermewah-mewahan, karena hamba Allah (yang baik) adalah yang tidak
bermewah-mewahan”. Hadits riwayat Imam Ahmad dan Abu Nu’aim dari Mu’adz bin
Jabal.
Selain itu juga
ada hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi. Yang artinya “Ajarilah anak-anakmu memanah, berenang,
perintahkan mereka untuk melompat le atas punggung kuda”.
Ketiga, Meneladani
Rasullullah pada masa kecil hingga dewasa.
Rasullullah
langsung dididik oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Beliau mendapatkan
penjagaan dan pengawasanNya. Sejak kecil Rasulullah telah mengembala kambing.
Belajar menjadi pribadi yang tanggungjawab dan mandiri.
Sebagaimana
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari. Yang artinya “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali
menjadi pengembal kambing.” Para sahabat bertanya, “apakah engkau juga
demikian?” beliau menjawab, “Ya, aku juga mengembalakan kambing milik penduduk
Mekah dengan upah beberapa Qirath (jenis mata uang dari dirham, di zaman
nabi Musa as).”
Rasulullah juga
pernah mengerjakan bangunan, seperti yang diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim.
Beliau juga melakukan perjalanan dan berdagang. Sebelum baligh bersama pamannya
Abu Thalib. Saat kecil juga beliau sosok yang pemberani. Mempunyai akal dan
pandangan yang jernih.
Tidak ‘aneh’
jika Rasullullah demikain. Sebab ada Allah yang menyanyanginya. Kisah
Rasulullah menajdikan bahan ajar yang baik buat anak kita. Menjadi rujukan yang
baiki buat tumbuh kembang anak kita.
Nabi bersabda
yang diriwayatkan oleh Al-‘Askari: yang artinya “Rabbku telah mendidikku dengan sebaik-baik didikan”.
Dari kisah yang
saya tulis diatas. Apakah masih membuat perlakuan anak kita bermanja?
Sedangkan
menurut hasil penelitian Por. Darcia Narvaes dan tim dari Fakultas Psikologi
Universitas Notre Dame Amerika Serikat menyebutkan bahwa, dengan memanjakan
bayi secara tepat, maka potensi perkembangan otaknya akan lebih baik, sehingga
ia tumbuh lebih cerdas. Delapan cara tersebut yaitu; Menggendong, Pelukan, Tidur bersama, Menjalin
komunikasi, Berikan fasilitas terbaik beri (ASI), Respons tangisan dengan
tepat, Stimulasi tepat dan Nutrisi tepat.
Tidak ada komentar