7 JOMBLO PALING BERSINAR DI TUBAN SEPANJANG 2017
@Redaksi Kali Kening
Tahun
2017 akan segera berakhir dan tahun
2018 sudah di depan mata, hanya tinggal menunggu hitungan
jam saja. Tapi permasalahan paling genting yang dialami umat manusia sejak
jaman adam sampai jaman millenial belum juga terpecahkan: jomblo. Kejombloan
masih saja merajalela, meski kamera dan media sosial sudah bisa menaikkan citra
seseorang ratusan kali lipat dari yang sebenarnya.
Jomblo ada di mana-mana, ia menghuni semua tempat yang
bisa dijangkau oleh manusia. Ia takkan punah. Bahkan, di kota Tuban, kota yang
sedang didengung-dengungkan sebagai kota wali itu, Mereka ada dan berlipat
ganda. Namun selalu ada kabar baik di balik kabar buruk. Selalu ada pagi
setelah kegelapan memuncak. Dari sekian jomblo-jomblo di kota tuak (sebutan
lain kota tuban) itu, ada jomblo-jomblo bersinar, mereka tak cuma tampan dan
berpotensi memikat hati perempuan, tapi juga memiliki segudang prestasi yang
luar biasa.
Untuk
kali pertama, kalikening.com
memindai 7 jomblo paling bersinar di tahun 2017 dan
punya potensi semakin bersinar
pada tahun 2018 (dan semoga juga
berpotensi segera melepas status lajangnya).
Siapa sajakah mereka? Langsung kita simak saja:
7. Di
urutan ketujuh, Adib Riyanto.
Dengan pembawaan yang kalem, Anggota Komunitas Kali Kening ini banyak mendapatkan
perhatian dari publik. Kata ‘senja’
melekat di diri pemuda yang lahir di Tuban
pada 8 Januari 1990 ini.
Dia
cukup digemari oleh dedek-dedek emesh karena piawai
merangkai kata-kata indah di media sosial. Dia sosok yang sabar, setia dan tidak merokok. Selain memiliki keahlian menulis cerita, ia juga pandai membuat
lukisan kaligrafi. Sebuah kombinasi karakter yang cocok bagi mereka yang
mencari jodoh seorang seniman yang santun dan penyanyang.
Di masa lalu, Mas Senja (demikian ia akrab disapa)
pernah jatuh cinta dengan seorang perempuan dan bermimpi duduk bersanding di
pelaminan bersamanya (makan nasi kuning, minum sprite dan dikipasin pengapit).
Tapi, tragis, perempuan itu justru membuatnya kecewa, mengoyak-cabik hatinya,
di hari ketika ia telah membeli sebuah cincin untuk dilingkarkan di jari manis
kekasihnya. Tapi selalu ada hikmah di balik sebuah tragedi. Benar, ia terpuruk.
Tapi kenangan pahit itu membuatnya jadi piawai menulis kata-kata yang mengaharu
biru dan melelehkan hati pembaca.
Berkat kekuatan patah hati, ia jadi seorang penulis
yang produktif dan melahirkan sebuah karya monumental tentang orang-orang patah
hati yang berjudul: Senja dan Burung-Burung Pemakan Kenangan.
6.
Urutan selanjutnya adalah Dino Jumanto.
Ia adalah sosok yang tampan dan menawan. Memiliki jumlah
mantan yang cukup untuk menyaingi jumlah anggota sebuah group whatsapp alumni
sekolah. Di mana pun ia, selalu saja ada sosok hawa yang melirik penuh minat
kepadanya. Tak berlebihan jika banyak yang menjulukinya Cassanova dari
Bangilan.
Laki-laki
kelahiran 10 Oktober tiga puluh tahun silam ini
adalah seorang blogger dan owner Soya Intermedia. Selain itu dia juga memiliki kesibukan mengajar TIK di
sebuah sekolah favorit di Bangilan. Selain punya modal tampang dan tongkrongan,
isi kepalanya juga tidak kosong. Tulisannya yang bernas, mulai dari perjalanan,
opini sampai tutorial web desain bisa dijumpai di www.bloklimasatu.com
Karyanya yang paling fenomenal adalah kumpulan kisah
cintanya dengan banyak perempuan yang dihimpun dalam sebuah buku: Pelukan
Terakhir Alya. Buku ini banyak diburu oleh kaum adam dan hawa yang ingin sukses
menjalin kisah asmara sepertinya.
5.
Pada urutan kelima, bertengger nama Komet
Arjuna Putra, punggawa komunitas
Sastra Malam Minggu, Tuban. Kesusastraan Tuban hari ini, sebagaimana yang kita ketahui bersama,
mulai muncul di permukaan Semua itu tak lepas dari kerja keras dan dan cerdas, kecerdikan, dan dedikasinya yang
tak main-main.
Konsisten
dengan aurannya, kalem, cerdas dan
penyayang, pemuda
yang lahir pada 7 juli 1988 ini adalah seorang penyair, prosais, kritikus dan
aktor teater yang berbakat. Selain populer di kalangan kaum terpelajar, namanya
juga banyak menjadi buah bibir cewek jaman now penggemar drakor. Banyak yang
berpendapat bahwa masa depan sastra
Tuban ada di tangan alumnus Progam Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Unisda tersebut.
Salah satu aksi heroiknya yang tak akan pernah hilang dari catatan
sejarah adalah ia menulis puluhan puisi, mebukukan dan menjadikannya kado untuk
pernikahan mantanya. Merinding.
4. Ikal Hidayat Noor. Hampir
sama dengan nama-nama yang lain, sosok yang menduduki nomor 4 di jagat perjombloan Tuban ini juga seorang penulis. Ia adalah
pemilik tangan dingin yang mengelola Komunitas Kali Kening, sebuah komunitas
literasi yang menggetarkan jagat tuban setelah me-launching 15 buku karya
anggota di hari jadinya yang pertama.
Ikal, sapaan pemuda yang memilih nama pena dari nama pacar
pertamanya itu, pernah bekerja sebagai jurnalis di Jakarta. Patah hati, kehilangan
tujuan dan hidup terlunta-lunta membuatnya meninggalkan ibu kota. Selain piawai
membuat puisi dan, ia juga senang melayout dan mengelola penerbitan indie.
Aktifitas utamanya adalah pengajar Sastra Indonesia di sebuah sekolah pesantren
di Bangilan.
Lelaki gemini ini pernah terjebak mencintai perempuan-perempuan
yang bernama Nur dan ia tak habis-habis mengabadikannya dalam karyanya. Ia
telah menebitkan 4 buku, tapi tak satu pun yang bisa dijumpai di toko buku:
Sebelas Keping Cerita, Patung di Kepala, Apel Merah dan Hikayat Ciuman dan
Sialan! Ini Hanya Tumpukan Sampah.
3. Di
urutan ketiga, duduk dengan kokoh pemuda
berbakat: Daruz
Armedian. Lelaki
kelahiran Senori,
duapuluhdua (?) tahun silam ini namanya tak hanya dikenal publik Tuban saja, tapi juga
oleh khalayak pembaca sastra nasional.
Baru-baru ini namanya banyak dibicarakan karena ia
berhasil menggondol predikat juara di Sayembara Manuskrip Puisi yang diadakan
oleh Dewan Kesenian Jawa Timur. Puisi-puisi tentang lokalitas dan sejarah Tuban
berjudul “Dari Batu Jatuh Hingga
Pelabuan Runtuh” besutannya, membuat para juri tak mampu berpaling.
Sosoknya yang
pendiam, pemalu dan penyendiri memang sering kali menutupi segala kelebihan
yang dimilkinya. Ia adalah penulis berbakat dan produktif, namanya banyak
tersebar di koran-koran lokal dan nasional. Mahasiswa Filsafat UIN Jogja ini juga berkali-kali menyabet gelar
pemenang lomba cerpen dan puisi yang diadakan oleh balai bahasa Yogyakarta.
Benar-benar harapan gilang gemilang bagi masa depan sastra tuban.
Banyak hal yang misterius dari dirinya yang tidak
diketahui oleh para fansnya. Sebenarnya ia adalah sosok yang romantis, ia bisa
bermain gitas dan menyanyikan lagu-lagu. Meski kadang sifat isengnya juga
muncul dan membuat sebal banyak orang. Di usianya yang relatif muda, ia sudah
menerbitkan dua kumpulan cerita yang bisa Anda jumpai di toko buku: Ada Hantu di
Hatimu dan Sifat Baik Daun.
2. Tak ada yang pantas duduk di kursi
ini selain Umar Affiq! Hanya ada satu kata yang mampu menggambarkan pemuda
ini: “Sempurna”. Wajahnya menyerupai Nabi Yusuf, kepribadiannya elok, matanya
teduh, senyummya menawan dan rambutnya selalu disisir rapi. Tak hanya
penampilannya yang memikat, ia juga sosok yang tekun, penyayang, sahabat yang
hangat, teman ngobrol yang asyik, pekerja keras, senang menabung, rajin sholat,
hafal barjanji dan tidak merokok.
Selain kesempurnaan fisik, ia juga punya karir
menjanjikan di pekerjaan dan dunia tulis-menulis yang digelutinya. Pemuda
kelahiran Lasem 14 Desember 1992 ini, menamatkan studi S1 di Unirow dan belajar
menulis di Kostra. Tulisannya tersebar di berbagai media lokal dan nasional. Ia
memiliki fans perempuan yang menjerit-jerit ketika namanya disebut, dari Sabang
sampai Merauke.
Ia juga kerap memenangi lomba penulisan lokal dan
nasional. Bukunya, Hari Anjing-Anjing Menghilang diburu dan akan cetak ulang
belasan kali. Siapa saja kaum hawa yang memandang matanya tak punya pilihan selain jatuh hati padanya.
1. Dan
siapakah yang layak duduk di urutan pertama? Hmm… Ya, dia adalah Amrullah Ali Moebin alias
Aam. Kalau ada penghargaan Jomblo Award, maka mahkota itu mau
tak mau harus diletakkan di kepala beliau. Tak bisa ditawar-tawar. Sosok
progresif dan militan ini adalah simbol perlawanan purna para jomblo.
Pemuda yang lahir di Tuban bertepatan dengan hari jadi
Republik Indonesia ini adalah seorang jurnalis yang berdedikasi, aktifis pilih
tanding dan seorang Kaprodi yang disegani sekaligus disayangi mahasiswanya. Ia mendirikan sebuah komunitas
literasi bernama Gerakan Tuban Menulis, sebuah komunitas yang mendobrak budaya diskusi
dan melek literasi di bumi wali.
Sosoknya yang tenang, cerdas dan humoris, serta kemampuannya
berorasi dengan diksi memikat dan argumen yang solid sering kali menjadikannya
singa podium yang mengerikan. Ia adalah bapak proklamator Jomblo bermatabat di
Tuban. Ia merangkum naskah proklamasinya dalam sebuah buku bertajuk, “Jomblo
Revolusioner”. Banyak yang mengidolakan Kang Aam ini, dan digadang-gadang
banyak pihak untuk menjadi Bupati Tuban Tahun 2025.
Baru-baru ini tersiar kabar, buku keduanya telah
terbit: Secangkir Cerita Tertinggal di Tuban. Tapi sayang, sepertinya buku ini
sudah habis terjual pada hari pertama setelah terbit. Anda harus menunggu dan
antri untuk mendapatkanya.
Bagaimana, mblo? Jomblo nomor berapa yang jadi idolamu?
Tidak ada komentar