Puisi-Puisi untuk Ibu
Oleh: Ikal Hidayat Noor
Selembar Kertas
aku selembar kertas
yang lahir dari rahimmu
kau telah menulis
kata pertama di sana
: cinta
yang lahir dari rahimmu
kau telah menulis
kata pertama di sana
: cinta
aku selembar kertas
yang selamanya
tak pernah selesai
kautulisi dengan pena
: kasih sayangmu
yang selamanya
tak pernah selesai
kautulisi dengan pena
: kasih sayangmu
2016
Bunga
di ubun pagi, kau menanam bunga
membiarkannya tumbuh di beranda
bersama kupu-kupu, air mancur
dan kicau burung-burung
membiarkannya tumbuh di beranda
bersama kupu-kupu, air mancur
dan kicau burung-burung
kau mengajariku bagaimana cara
menyirami bunga-bunga itu
dan bersyukur saat wangi kebahagian
mulai mengetuk pintu rumah kita
menyirami bunga-bunga itu
dan bersyukur saat wangi kebahagian
mulai mengetuk pintu rumah kita
malam hari, di dalam kamarku, aku
tak henti
menerbangkan doa-doa melalui jendela
: panjang umur selalu, bu.
menerbangkan doa-doa melalui jendela
: panjang umur selalu, bu.
2016
Berdiri di Depan Kelas
berdiri di depan kelas
menyaksikan mata kanak
kepolosan dan kegembiraan
aku selalu mengingat pesanmu
menyaksikan mata kanak
kepolosan dan kegembiraan
aku selalu mengingat pesanmu
: mereka adalah cermin, anakku.
berdiri di depan kelas
menggenggam kapur tulis
pengetahuan dan kebijaksanaan
aku tak pernah berhenti bertanya
menggenggam kapur tulis
pengetahuan dan kebijaksanaan
aku tak pernah berhenti bertanya
: mampukah aku sesabar dirimu, ibu.
2016
Memasak di Dapur
sepasang tangan yang menyalakan api
memasang periuk dan menuangkan air
bukanlah sepasang tangan malaikat
memasang periuk dan menuangkan air
bukanlah sepasang tangan malaikat
keringat dan peluh yang mengucur
membasahi pipi dan tepi kerudung itu
tak pernah sewangi bunga melati
membasahi pipi dan tepi kerudung itu
tak pernah sewangi bunga melati
tapi senyum yang mekar di bibirnya
dan kesabaran yang senantiasa bersinar
adalah kedamaian yang paling gemilang.
dan kesabaran yang senantiasa bersinar
adalah kedamaian yang paling gemilang.
“anakku, kebahagiaan bukanlah
sesempurna
apa bumbu yang kita miliki di dapur. ia adalah
selapang apa lidah kita merasa di meja makan.”
apa bumbu yang kita miliki di dapur. ia adalah
selapang apa lidah kita merasa di meja makan.”
2016
Senja di Beranda
langit telah menjelma warna matamu
pada malam-malam sebelum tidur
dan tahun-tahun terbelah
pada malam-malam sebelum tidur
dan tahun-tahun terbelah
di beranda dua cangkir teh
mengepulkan cerita dan kita
melukis kembali paras teduh seorang lelaki
mengepulkan cerita dan kita
melukis kembali paras teduh seorang lelaki
: menyempurnakan mimpi kita
mengajarkan kebahagiaan
cinta dan kesetian
mengajarkan kebahagiaan
cinta dan kesetian
“bu, jika nanti aku jatuh cinta,
maka
izinkan aku mencintai seperti caramu.”
izinkan aku mencintai seperti caramu.”
2016
Potret Keluarga
di ruang tamu
ada yang tak selesai
kita pandangi bersama
ada yang tak selesai
kita pandangi bersama
sebingkai foto
wajah masa lalu
dan hari-hari yang biru
wajah masa lalu
dan hari-hari yang biru
di ruang tamu
ada yang tak henti
kita impikan bersama
ada yang tak henti
kita impikan bersama
sebuah taman
pertemuan, bidadari
dan cahaya abadi
pertemuan, bidadari
dan cahaya abadi
2016
Ikal Hidayat Noor, lahir di Tuban senang menulis prosa dan puisi.
Tidak ada komentar