Pusaka Catur Jiwo
Oleh : Dino J
Mentari
belum sepenuhnya memancarkan sinarnya, Namun kicau burung sudah saling
bersautan menemani ibu-ibu mempersiapkan sarapan pagi untuk anak dan suami
mereka. Jalanan yang masih pekat dengan embun samar-samar mulai pudar seiring
hentakan sepatu pegawai dan anak sekolah, para mahasiswa dengan roda duanya.
Tak akan
ada yang menyangka bagaimana dulunya kota kecil nan jauh dari hiruk pikuk ibu
kota ini bisa lebih maju dan higienis dan seluruh kota di dunia. Bagaimana
tidak, hampir tidak ada polusi dudara ataupun limbah di tempat ini, pun dengan
pengangguran. Setiap tenaga manusia tercurah untuk setiap industri yang
dikerjakan, semua menggunakan tenaga manusia dan bahan-bahan dari alam yang
tidak memiliki dampak berbahaya untuk masa depan. Tak ada deru mesin jalanan
yang menyaingi suara guru sedang memberi penjelasan kepada siswanya, hanya
andong yang sesekali lewat, tidak untuk mengambil sampah dari depan rumah
warga, tetapi petugas kecantikan taman, yang merapikan atau mengganti tanaman
atau bunga yang mulai tua di sepanjang jalanan kota.
Pemerintah
kota tidak menutup diri terhadap perkembangan teknologi dan insutri mekanik,
bahkan banyak dari tim ahli di perusahaan-perusahaan besar di di negara lain
menginjak tanah pertama kali di kota ini, akan tetapi kesadaran warga yang
sudah dipupuk dengan sistem kepemimpinan yang sudah berjalan secara turun
temurun.
Ya,
kemajuan kota dari sisi ekonomi, teknologi, manusia, maupun alam yang selalu
dijaga ini tidak lepas dari sosok Karna. Sosok pria sederhana dari keluarga
yang tak seorangpun mengira akan menjadi pencetus sistem pemerintahan terbaik
di dunia. Bagi penduduk kota ini, Karna adalah manusia terbaik yang tumbuh dari
keluarga terbaik yang dikirim Tuhan untuk memberi tanda kuasa Tuhan tidak
diberikan berdasarkan keturunan saja. Kerja keras, ketaatan, doa, dan usaha
orang tuanya.
Bagi
Karna ketaatan adalah pegangan utama untuk menjadi manusia sesungguhnya. dan
itu dibuktikan dengan sabar dan taatnya dia mengikuti perintah eyang guru.
Delapana tahun tidak sedikitpun mendapat pelajaran kanuragan dari sang eyang.
Ilmu yang didapat hanyalah mengambil air di belakang padepokan Wilujeng Raharja
untuk mandi para murid dan mengurus tanaman di sekitar padepokan.
Langkahnya
untuk memajukan kota menjadi pusat belajar dan perekonomian negara tidak serta
merta jadi. Halangan yang begitu besar datang silih berganti.Setelah Eyang guru
meninggal, wasiat terahirnya adalah Karna sebagai pewaris padepokan yang setiap
titahnya wajib ditaati setiap penghuni kota. Pimpinan padepokan adalah pemimpin
kota. Empat puluh hari berlalu, padepokan dan sekitarnya terlihat seperti kota
mati, sampai segerombolan orang datang dengan pakaian dan kendaraan serba mewah
yang dipimpin seorang wanita mengaku sebagai anak eyang guru dan menagih
warisan dari ayahnya.
Memang
berdasarkan cerita, eyang guru memiliki sepasang putra putri, namun setelah
dewasa dengan ilmu kanuragan yang cukup muncul rasa jumawa dan meninggalkan
padepokan, karena baginya sudah tidak ada lagi tantangan di kota kecil dengan
bau belerang dimana-mana.
Seluruh
warga bingung dengan kondisi ini, "Bagaimana mungkin seorang perempuan
akan memimpin kota yang pernah ditinggalkannya, sementara dia pergi saja karena
jijik dengan kota ini, bisa-bisa nanti kota ini dijual dan kita akan merasakan
yang namanya menderita". ujar Munir yang memang didakwa sebagai lurah.
Munirpun
berinisiatif mengumpulkan seluruh pimpinan desa dan pemuka agama untuk mencari
solusi dari benih pertikaian yang mulai tumbuh, dari hasil musyawarah, Karna
adalah pewaris sah padepokan Wilujeng raharja dan berhak memimpin kota
sementara keturunan laki-laki dari eyang guru tidak tahu kemana. Namun baru
saja keputusan itu dibacakan, datang seorang pria setengah baya dengan wajah
mirip eyang guru. semua terperanjat, takut, kaget, bahkan ada yang menyangkan
eyang guru terlahir kembali dengan sosok yang lebih muda.
"Aku
Ludira, pewaris utama eyang guru. aku kesini tidak untuk mewaris kepemimpinan
atas padepokan dan kota ini, aku hanya ingin mengambil pusaka pedang catur jiwo
milik bapakku".
Tak
seorangpun berani berbicara kecuali pria setengah meter dengan rambut yang
lebih panjang dari ukuran tubuhnya, Munir. "Mari ku antar ke padepokan,
mungkin Karna bisa mebberi penjelasan" ujarnya.
Ludira
pun bergegas menuju padepokan dengan kuda hitamnya yang gagah.
Tanpa
basa basi langkahnya tertuju ke saung utama dimana eyang biasa merebahkan badan
dan menemui para tamunya yang Ludurapun sebenarnya belum pernah memasuki
ruangan itu. Ia terheran dengan pemandangan yang dilihatnya, tak ada aroma
mistis ataupun senajata pusaka, hanya buku-buku tebal tertata rapi dari ujung
pintu satu ke ujung pintu lainnya. "Kang Ludira, ada yang bisa saya
bantu?" sapa Karna.
"Kau
pasti karna. Tenang, aku kesini tidak untuk merampas kepemimpinan yang
diberikan bapak kepadamu atas padepokan dan kota ini, aku hanya ingin pusaka
bapakku, kau tentu tau yang aku maksud." sergah Ludira.
Karna
mulai bingung bagaimana memberikan jawaban yang tepat agar tidak tersinggung
dan marah. Sementara ia tahu dari eyang guru pusaka pedang carur jiwo hanya
sebuah istilah, bukan sebuah benda.
"Aku
mengerti kakang, benda itu disimpan eyang di dalam ujung goa bawah air terjun
belakang padepokan. untuk memasukinya kau harus bertapa empat puluh hari empat
puluh malam, dan kau hanya boleh makan saat matahari itu tak terlihat. Tentu
kau mengerti maksudku". Jelasnya.
"Oh,
ternyata begini caramu Dira. kau masih saja bodoh dan tidak bisa bermain cantik
untuk mendapatkan yang kau inginkan, kau tetaplah pria bodoh Ludira. Dan kau
Karna, kau tidak sopan memberikan rahasia bapak kepada anak ingusan ini tanpa
membertahuku dulu sebagai keturuanan pertama bapak." potong Minawati yang
sedari tadi mengintip dari luar.
Hampir
saja pertikaian besar terjadi, karena Ludira menjawab hinaan kakaknya dengan
kilatan pedang yang siap menebas leher kakaknya itu. pertikaianpun terjadi.
Saling adu kanuragan tak bisa terelakkan. Ditengah perkelahian satu darah itu
Krna berujar, "Teruslah berkelahi dan saling bunuh, karena 40 hari ke
depan aku yang akan mendapatkan pusaka itu tanpa halangan berarti." dan
merekapun menghentikan perkelahian yang sedang seru-serunya dan beralih beradu
cepat menuju bawah air terjun yang sedang deras-derasnya, dan mereka mulai
membuat tempat pertapaan.
Baru
tujuh hari merasa tenang dari gangguan anak-anak eyang guru, berita duka datang
dari kampung halaman Karna, kedua orang tuanya ditemukan meninggal bersimbah
darah dirumahnya. emosinya memuncak, tiraninya berkuasa, ingin rasanya ia
membunuh pemilik gelang emas yang ditemukan dalam genggaman ibunya, dan semua
orangpun tahu siapa pemilik perhiasan itu.
pikirannya
berkecamuk, antara air mata dan dosa, antara dendam dan balas jasa. hampir
setiap jam ia memantau perkembangan dua gubuk kecil di samping air terjun, dan
memang minawati memiliki strategi yang cerdik, bahkan licik dibanding adiknya,
Ludira. Ia memilih tempat teraman dan terdekat disamping mulut goa, sementara
Ludira tepat dibawah aliran terjun, yang jika terjadi banjir bandang, ia akan
karam bersama gubuknya.
Tepat
seminggu sebelum empat puluh hari sepeninggal orang tuanya, karna dikagetkan dengan
ramai sorak sorai warga dari arah air terjun. Ia pun bergegas kesana, dan
puluhan warga sudah berkerumun menonton pertunjukan yang tidak wajar.
Sepertinya Karna datang terlambat, sesampainya di air terjun kedua anak eyang
guru itu telah terkapar dengan pedang tertusuk di ulu hati masing-masing.
Warga
yang tadinya tak berani mendekat, karena kedatangan Karna segera menolong mayat
keduanya, namun belum sampai mayat dipegang, terdengar gemuruh yang begitu
dahsyat yang diketahui warga sebagaia tanda datangnya banjir bandang kiriman
dari kota sebelah. Wargapun berhamburan meningalkan lokasi. Benar saja, air bah
menggerus gubuk dan dua tubuh tanpa nyawa tanpa tahu dimana bermuara.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAssalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang kesulitan masalah keuangan,SAYA IBU DEWI, sekeluarga mengucapkan banyak terimakasih kepada AKI JOYO MALIK atas bantuannya saya menang togel yang ke 3x nya ,pekerjaan saya sehari-harinya cuma seorang pengepul barang bekas apalagi saya seorang janda,,yang pendapatannya tidak seberapa,buat biaya anak sekolah aja tidak cukup apalagi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-harinya….pada su atu hari saya tidak sengaja mendengar pembicaraan teman saya mengenai angka ritual/ghoib AKI JOYO MALIK yang katanya bisa mengeluarkan angka sgp/hk yang di jamin tembus,akhirnya saya bertanya dan teman saya memberikan nomor AKI JOYO MALIK dan saya pun menghubunginya..?? Berkat bantuan AKI yang telah memberikan angka “GHOIB” nya 4D dan alhamdulillah itu ternyata terbukti. lagi…sekarang anak saya bisa lanjut sekolah lagi itu semua atas berkat bantuan AKI JOYO MALIK bagi anda yang penggemar togel ingin meruban nasib melalui angka2 goib yang di jamin 100% kemenangan hbg AKI JOYO MALIK di nmr;_ 085-211-977-346,ini bukti nyata bukan rekayasa,mana ada kemenangan tanpa keberanian dan kejujuran,saatnya kita perlu bukti bukan sekedar janji2,hanya AKI JOYO MALIK yang bisa menjamin 100% kesuksesan,anda perlu bukti siahkan HBG/SMS AKI JOYO MALIK nya,terima kasih ROMNYA
BalasHapusINGAT…!!! JANGAN SIA-SIAKAN KESEMPATAN YANG ADA SEBAB
KESEMPATAN TIDAK MUNGKIN DATANG KE 2 KALINYA………..